Selasa, 16 April 2013

Resume paper "Monitoring Corruption: Evidence from a Field Experiment in Indonesia" by Benjamin A. Olken


Salam Damai... kali ini saya akan memposting mengenai resume dari jurnal yang ditulis oleh Benjamin A. Olken tentang pemantauan korupsi dari hasil pengujian lapangan di Indonesia.
Korupsi merupakan sebuah momok yang sering muncul dibelahan dunia, terutama pada Negara-negara berkembang. Karena korupsi merupakan kontributor utama rendahnya tingkat pertumbuhan pada negara-negara berkembang tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu pendekatan yang dapat mengurangi korupsi, seperti yang dipaparkan oleh Becker dan Stigler (1974) bahwa kombinasi yang tepat antara pemantauan dan hukuman dapat digunakan dalam mengendalikan korupsi. Namun dalam prakteknya, seringkali ditemukan pihak-pihak yang bertugas untuk memantau dan menegakkan hukum sendiri yang mungkin melakukan korupsi. Sehingga diperlukan pendekatan alternatif yang dapat mengurangi korupsi. Pendekatan alternatif yang digunakan antara lain pendekatan top-down dan bottom-up.
Paper ini disusun untuk menyelidiki pendekatan alternatif yang digunakan dalam mengurangi korupsi, dengan memeriksa hasil percobaan lapangan pada lebih dari 600 proyek jalan desa di Indonesia. Pada pendekatan top-down pemantauan dilakukan oleh auditor pemerintah, sementara bottom-up pemantauan melalui partisipasi masyarakat dalam proses pemantauan desa. Bukti menunjukkan bahwa peningkatan kemungkinan audit eksternal secara substansi dapat mengurangi dana yang hilang (korupsi) dalam proyek tersebut. Karena desa yang telah diaudit oleh lembaga audit pemerintah naik dari baseline 4% menjadi 100%. Kenaikan tersebut dapat mengurangi pengeluaran yang hilang dari 27,7% menjadi 19%.
Bukti tentang partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemantauan dapat mengurangi pengeluaran yang hilang, namun hanya terbatas pada keadaan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengundang lebih banyak warga desa untuk melakukan pemantauan hanya mengurangi pengeluaran tenaga kerja yang hilang dan tidak berdampak pada pengeluaran bahan, sebagai akibatnya hanya berdampak kecil secara keseluruhan. Karena sekelompok kecil buruh melakukan pemantauan untuk mengurangi korupsi dalam tenaga kerja, sementara seluruh desa melakukan pemantauan untuk mengurangi korupsi dalam bahan, hal ini menunjukkan bahwa pemantauan masyarakat dapat efektif dalam situasi yang relatif sedikit bebas. Misalnya, program yang menyediakan barang pribadi, seperti makanan bersubsidi, pendidikan, atau perawatan medis, di mana warga negara memiliki kepentingan pribadi dalam memastikan bahwa barang diserahkan dan meminimalkan fraud.
Hasil dalam paper ini merupakan hasil dari intervensi jangka pendek. Jika auditor yang mudah disuap, dari waktu ke waktu desa dapat mengembangkan hubungan ulang dengan auditor sehingga dapat menyuap auditor lebih mudah. Sehingga disarankan untuk sering melakukan rotasi auditor atau probabilitas audit yang rendah dikombinasikan dengan hukuman mungkin lebih optimal.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa pemantauan tradisional top-down dapat memainkan peran penting dalam mengurangi korupsi, bahkan di lingkungan yang sangat korup.
            File hasil resume ini juga dapat diunduh : disini
            Sekian postingan saya kali ini, semoga dapat bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Sampai jumpa dipostingan saya yang selanjutnya. Salam Damai :)

Selasa, 02 April 2013

Sekilas Tentang COSO dan Pengendalian Intern

Apa sih COSO itu???

     COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) adalah suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985.
     COSO disponsori dan didanai oleh 5 asosiasi dan lembaga akuntansi profesional; American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), American Accounting Association (AAA), Financial Executives Institute (FEI), The Institute of Internal Auditors (IIA) dan The Institute of Management Accountants (IMA).

COSO Framework of Internal Control
     Menurut model COSO, internal control adalah suatu proses, melibatkan seluruh anggota organisasi, dan memiliki tiga tujuan utama, yaitu: efektivitas dan efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan keuangan, dan dipatuhinya hukum dan peraturan yang ada.
Key point model COSO adalah:
o Internal control is process.
o Internal control is affected by people (board of director, manager, other personnel).
o Internal Control can be expected to provide only reasonable assurance.
o Internal Control is geared to the achievement of objectives.

     Model (framework) COSO terdiri dari lima komponen yang saling berhubungan yang akan menunjang pencapaian tujuan perusahaan yaitu:


1. Control Environment (lingkungan pengendalian)
    Yaitu merupakan komponen yang berperan dalam membangun atmosfer (iklim) yang kondusif bagi para karyawan mengenai kesadaran pentingnya kontrol sehingga dapat menciptakan suasana yang dapat membuat setiap karyawan menjalankan dan menyelesaikan tugas kontrol dan tanggungjawabnya masing-masing.
   Sub-component control environment terdiri dari:
a) Filosopi & gaya manajemen (management philosophy and operating style)
b) Integritas dan nilai etika manajemen (integrity and ethical values)
c) Komitmen pada kompetensi personel (commitment to competence)
d) Peran direksi, dewan komisaris dan/ atau komite audit (the board of directors or audit committee)
e) Struktur organisasi (organizational structure)
f) Pelaksanaan wewenang & tanggung jawab (assignment of authority and responsibility)
g) Pedoman yang dibuat manajemen bagi personel dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya (human resource policies and practices).

2. Risk Assessment (penaksiran risiko)
     Yaitu merupakan proses identifikasi dan analisis risiko yang dapat menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan, serta menentukan cara bagaimana risiko tersebut ditangani.

3. Control Activities (aktivitas pengendalian)
     Yaitu merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannya kebijakan manajemen dan bahwa risiko sudah diantisipasi.

4. Information & Communication (informasi dan komunikasi)
     Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi.
     Sistem informasi harus dapat memberikan data yang memiliki karakteristik:
  • Relative to established objectives (berhubungan dengan sasaran)
  • Accurate and in sufficient detail (akurat dan terinci)
  • Understandable and in a usable form (mudah dipahami/ digunakan)
     Komunikasi membahas mengenai perlunya penyampaian semua hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan pimpinan kepada seluruh anggota organisasi.

5. Monitoring (pemantauan)
     Komponen pemantauan atau pengawasan dijelaskan dalam COSO untuk memastikan kehandalan sistem dan internal control dari waktu ke waktu.
     Contoh aktivitas monitoring:
  • Manajemen me-review pengeluaran aktual dengan pengeluaran yang dianggarkan pada unit yang dipimpinnya.
  • Dilakukannya pada suatu unit oleh fungsi audit.